Senin, 04 Mei 2009

Crazy Country

Kenapa tiba-tiba kita merasa bahwa kita hidup pada negara yang gila...............
bukan negaranya yang gila tetapi perilaku para pemimpinnya
Ketika negara dalam kondisi prihatin...................
tega-teganya para pejabat
menghambur-hamburkan uang negara
keluar negeri berkali-kali...tampa ada hasilnya
keluar negeri hanya untuk jalan-jalan
ganti mobil negara...beli lagi mobil dari uang negara
bangun gedung negara..... tapi tidak ada kegunaannya.........

aduh kita masuk pada "Crazy"......gila
ternyata banyak orang yang lapar....makan anaknya cuma pakai vetsin
bayinya minum teh pahit.......

wooo......crazy
aku bayangkan kalau musuh kita tidak hanya korupsi
musuh kita adalah orang-orang yang menggunakan anggaran negara
untuk kegiatan yang tidak perlu.....

waduh...kalau sudah crazy....dan crazy benaran
amat membahayakan negara kita
negara kita bisa jadi negara "chaos"...negara kacau
tidak ada yang dipercaya lagi.....
apakah kita harus terus mengibarkan bendera setengah tiang...

dari rerumputan
langit hijau
dan matahari mulai memerahkan langit
menjadi kelam

Moh Aris Munandar


Rabu, 08 April 2009

Pemilu 2009; Catatan-Catatan Perilaku Politik Indonesia Kontemporer

Moh Aris M

Pagi ini, Kamis 9 Apri 2009, Bangsa Indonesia melaksanakan Pemilihan Umum....timbul suatu pertanyaan "apa sebenarnya makna Pemilu itu?". Pemilu merupakan salah satu proses politik kenegaraan, dimana kekuasaan harus ditentukan siapa yang paling memiliki kewenangan memimpin negara. Tetapi pemilu hari ini cuma memilih dewan perwakilan, baik DPD maupun DPR. Jadi sebenarnya Pemilu hari ini adalah penentuan legislatif, yakni suatu badan yang bertugas merumuskan kebijakan, mengawasi pelaksanaan tugas eksekutif disamping juga turut menentukan pemegang kekuasaan yudikatif, polisi, bank Indonesia dan tentara dan sebagainya (he he he....buka UUD 1945 donk). Outcome atau manfaat pemilu hari ini adalah ketika orang-orang yang terpilih dapat melaksanaan politik yang berdimensi positif baik jangka pendek,menengah dan panjang.

Politik memiliki nilai (+), (0) dan (-). Nilai politik yang positif (+) bila proses politik tersebut dilakukan oleh para stakeholders dapat memberikan makna yang menguntungkan bagi negara beserta rakyatnya dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Sedangkan makna politik yang nol (0) bila proses politik tidak menghasilkan apa-apa bagi kemajuan bangsa, jadi mereka memegang kekuasaan hanya sekedar menjalankan kekuasaan yang dipegangnya sekedarnya saja. dan makna politik negatif (-) bila proses politik tersebuk memberikan keuntungan yang negatif bagi negara dan bangsa untuk jangka pendek, menengah dan panjang. Dari makna politik yang negatif kita akan mengetahui bahwa proses politik kadangkala dalam jangka pendek memberikan keuntungan tapi dalam jangka panjang sangat dan sangat merugikan negara dan bangsa ini.

Pagi ini, saya menyaksikan perubahan dalam memilih. Dari mencoblos berubah menjadi mencontreng. Woooo......ada peristiwa yang mengharukan; "seorang yang berusia lanjut kesulitan untuk memilih; 1) kesulitan melipat, 2) kesulitan melihat caleg-calegnya yang berjibun banyak sekali, 3) kesulitan ruang yang terlalu sempit. Akibatnya kadangkala mereka kebingungan untuk mencontreng. Ya...mereka ternyata belum memiliki putusan untuk memilih siapa atau sebenarnya mereka sudah memiliki keputusan tetapi mereka belum tahu dimana nomor partainya dan dimana calegnya. Karena saking banyaknya partai dan caleg, maka kertas harus dihemat. Karena dihemat maka kertas harus ditulis dengan kertas yang kecil-kecil. Waaaaaaah.........apakah mayoritas orang Indonesia seperti ini? Kalau ya, maka diperlukan pendidikan politik sejak dini bagi masyarakat. Masyarakat yang memiliki kecerdasan yang tinggi dalam memilih berarti akan membantu terciptanya DPR yang berkualitas. Tetapi bila masyarakat memiliki kekurang cermatan dalam memilih, maka tentu saja kualitas DPR pasti turun. Timbul suatu pertanyaan; siapa sekarang yang bertanggung jawab untuk mengembangkan rakyat agar cerdas memilih ? Pemerintah ? waaaaah.............pemerintah sepertinya cenderung pada keinginan untu mempertahankan kekuasaan....jadi harapannya terlalu kecil lah kalau kita meletakan tanggung jawab ke pemerintah.

Memberi maka politik agar plus (+) merupakan tanggung jawab kita semua. Mari kita berlomba merancang model agar politik lebih bermakna lagi. Ya secara filosofi, demokrasi yang kita laksanakan sekarang termasuk kategori demokrasi liberal. Kita tidak dapat mengklaim bahwa itu demokrasi pancasila. Karena Demokrasi pancasila pun belum pada tahapan persetujuan bersama, dalam bentuk dan prosesnya. Hampir sama dengan ekonomi pancasila, belum adanya persetujuan yang sama diantara para pemerhati pancasila, terkait bentuk dan proses ekonomi pancasila. Hal ini memang salah satu problematika dari ideologi pancasila, yakni secara makna filosofi sudah terumuskan tetapi, metodelogi untuk mengimplementasikan belum ditemukan atau bahasa kerennya masih mencari bentuk. Akibatnya karena dalam pancasila semua ideologi besar di dunia ini dapat tertampung dalam pancasila; misalnya ideologi agama; dapat diinterprestasikan merupakan pelaksanaan dari sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, demikian pula liberalisme, dapat diinterprestasikan pelaksanaan dari sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, demikian pula dengan nasionalisme terkait sila ketiga, demokrasi terkait sila keempat dan sosialisme terkait sila kelima. Dengan demikian pancasila sumber ideologi dong? wah..ini diperlukan kajian lebih lanjut.

Ok disini dulu. ntar disambung lagi.

Senin, 06 April 2009

Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya

Bangsa ini banyak mengalami bencana......karena jiwanya tidak bersih
Ketika jiwanya tidak bersih ; apa saja ditelan tampa memperhitungkan "benar dan salah"
karena itu.........kita perlu mengembalikan fitrah dengan melakukan
study kembali Ideologi Kita...
setuju atau tidak setuju........kita makin loyo menghadapi kapitalisme global
kita kaya, tapi tidak bisa menikmati kekayaan bangsa kita....
bangsa kita kembali lagi pada "era pembusukan partai-partai politik" dimana partai politik berdiri
bukan lagi untuk kepentingan rakyat
seorang gubernur/ walikota/ bupati memiliki pemikiran agar dirinya dapat kaya.....
seorang menteri tidak memahami ideologinya dapat menjual aset negara yang paling berharga
untuk kepentingan sesaat......only sesaat yang akhirnya sesat
Kapan bangsa ini dapat bangkit?
Sepertinya kita hanya menunggu godot saja.........
tapi selama masih ada Indonesia
OK kita lakukan perlawanan